GuidePedia

0



Assalamu’alaikum, saya Dwi. Di sini saya akan menceritakan tentang persahabatan saya dengan dua
wanita shalihah yang selalu menjadi pedoman saya selama saya mengalami fase peralihan dari masa remaja ke masa pendewasaan. Kedua wanita ini memiliki peran penting dalam pembentukkan karakter saya di fase-fase labil ini. Sebenarnya mereka adalah satu dari sekian orang yang membimbing pendewasaan saya. Tapi di sini saya hanya ingin menceritakan mereka berdua saja.
Sebelumnya saya ingin menceritakan tentang diri saya terlebih dahulu. Saya terlahir dengan nama Nur Dwi Andriani. Saya rasa tidak ada banyak hal dalam diri saya, dan dengan banyak kekurangan saya ini, saya ingin membuatnya menjadi hal menarik dan berbeda dengan wanita lain pada umumnya. Saya terlahir di Bogor dengan memiliki 4 saudara laki-laki, dan saya adalah anak terakhir dan menjadi wanita satu-satunya dirumah saya selain ibu saya. Saya menjadi bungsu dengan dikelilingi saudara laki-laki saya. Meskipun begitu, saya tidak pernah sedih karena tidak memiliki kakak perempuan. Saya sangat merasa disayangi kakak-kakak saya yang walaupun terkadang saya selalu membuat mereka kesal karena tingkah saya. Kebaikan mereka seakan menjadi penambah keindahan kehidupan saya. Kebaikan mereka beragam. 

Kakak saya yang pertama adalah Syarif Hidayatullah. Dia adalah kakak saya yang baik seperti kakak-kakak saya lain, yang menjadi pembeda adalah kakak saya dari yang ke-2 sampai ke-4.


Kakak kedua saya bernama Taufik Hidayat, dari sejak kecil saya selalu dilindungi olehnya. Karena dari kecil saya sering berulah dengan kakak saya yang keempat. Terkenang ketika ulang tahun saya yang waktu itu usia saya masih sekitar 7-8 tahunan. Saya diberi pilihan untuk memilih tangannya yang dikebelakangkan badannya untuk menyembunyikan sesuatu yang ingin ia berikan kepada saya. “Neng, kamu pengen yang mana? Kanan atau kiri?” (suruhnya). Karena saya tidak mengerti yang maksudkan, jadi saya bertanya-tanya ada apa. “Udah pilih aja?” (suruhnya lagi). Dengan penasaran aku pilih tangan kiri yang ternyata isinya hanya agar-agar jajanan kesukaan saya sewaktu kecil. Saya tertawa kecil, dan kemudian dia pun mengulurkan tangan kanannya sambil mengucapkan selamat ulang tahun. Seketikan mata saya berkaca-kaca karena terharu akan hal itu. Dia memberikan saya sikat gigi lucu dengan tempat gantungan sikat gigi tersebut dengan warna favorit saya:pink.
Selain itu ketika masih kecil  saya pernah menangis karena kakak saya yang keempat. Dengan penuh kasih sayang kakak saya yang kedua menenangkan hati saya agar tidak selau bersedih. Hingga saat ini, saya merasa kasih sayang dalam hal perhatian yang begitu dalam dari kakak saya yang kedua ini. Hingga saya beranjak remaja dan mulai mengenali masa-masa pacaran, dialah orang sangat protective terhadap diri saya. Ketika itu saya merasa terkekang karena saya belum mengerti akan kasih sayang yang sebenarnya ia tunjukan terhadap diri saya. Selain itu pula, dialah yang selau memberikan petuah akan keislaman terhadap saya. Banyak hal yang saya dapat dari dia yang padahal harusnya itu saya dapatkan jika saya memiliki kakak perempuan.
Di usianya yang masih remaja, dia menyukai musik dan tarian india, dan itupun menjadi hobi kami berdua untuk bernyanyi dan menari bersama. Dia pun menyukai kartun hingga usia dia yang kini telah memiliki anak. Membuat saya merasa tidak ada yang berubah dalam dirinya dan hubungan yang membuat kami semakin dekat.
Di usia saya yang dewasa saat ini pun, saya lebih nyaman membicarakan privasi saya terhadapnya. Karena saya merasa ia lebih mengerti apa yang ingin saya sampaikan dan ia selalu memberikan nasehat-nasehat yang bisa saya terima dengan baik. Keusilan candanya yang membuat hubungan kami erat, terjalin hingga saat ini. Sampai sekarang pun hal itu tak hilang, hingga musuh saya pun bertambah dengan kehadiran dua anak perempuannya yang ikut serta mengusili saya, dan hal itupun yang membuat saya dengan anak-anaknya sangat dekat. Walaupun mereka adalah keponakan saya, saya lebih merasa mereka adalah adik perempuan saya yang sangat saya rindukan jika saya sedang jauh dengan mereka.
Selanjutnya ada kakak saya yang ketiga bernama Firmansyah Hidayat. Dia adalah kakak saya yang paling tegas dan membuat saya segan terhadapnya. Selain kakak saya yang kedua, dialah yang paling protektif terhadap saya. Kebaikan dia tidak seperti kakak saya yang kedua. Dia lebih memperhatikan saya dalam hal materi. Dialah yang membiayai saya semenjak saya lulus SMP hingga saat ini saya kuliah. Kasih sayang yang dia tunjukan bukanlah perhatian, tapi pengertian akan kebutuhan saya yang hingga saya bercita-cita untuk membalas segala apa yang telah ia berikan kepada saya. Namun layaknya orangtua saya sendiri, sekeras apapun saya membalas kebaikannya, saya rasa itu tidak akan terbalaskan. Dialah yang sedikitnya mengajarkan saya memasak. Kembali saya merasa sempurna, memiliki kakak laki-laki yang berperan seperti kakak perempuan. Tidak seperti kakak saya yang lain, mungkin bahkan tidak seperti kakak laki-laki di dunia kepada adik perempuannya. Ketika itu saya baru pertama kali mengalami pubertas atau haid,  dan saya sangat malu rasanya jika membeli pembalut ke warung terdekat yang berada di dekat rumah saya. Oleh karena itu, saya menyuruh kakak saya yang ketiga ini untuk membelikannya. Dengan tidak berpikir terlebih dahulu, ia langsung mengambil uang yang saya berikan untuk membelikan saya pembalut tersebut. Dengan tertawa kecil saya merasa lucu sendiri menyuruh kakak laki-laki saya untuk membelikan hal yang tidak sepantasnya kakak laki-laki saya menuruti itu. Begitu perhatiannya ia sebagai kakak laki-laki yang berperan menjadi kakak perempuan saya dalam waktu tertentu.


Dan yang terakhir, kakak saya yang keempat yaitu Abdul Kahfi Hidayat. Selisih usia diantara kami hanya dua tahun, itu yang membuat kami tidak terlihat seperti adik kakak. Namun, wajah kami yang agak sedikit terlihat mirip memberikan ingatan tersendiri bagi orang-orang yang sudah mengenal kami. Selain karena usia yang membuat kami seperti itu, hal tersebut pun membuat kami sering terlihat seperti Tom & Jerry di masa-masa kecil kami.
Semenjak kami remaja hingga beranjak dewasa, hal tersebut sudah tidak pernah terjadi lagi. Mungkin dikarnakan di antara kami sudah menyadari betapa pentingnya hubungan yang baik dalam sebuah keluarga. Tidak sampai di situ saja, semenjak kami beranjak dewasa pun kami lebih banyak mendiskusikan sesuatu. Dan sampai saat ini pun peran kakak saya yang satu ini seakan pelengkap dan berubah menjadi penjaga saya setelah kakak saya yang ke-1 sampai ke-3 sudah menikah. Kebaikan yang diberikan oleh kakak saya ini seakan pelengkap dari kakak saya yang kedua dan yang ketiga telah berikan. Istilahnya kasih sayang yang ia berikan bisa disebut kasih sayang campuran. Maksudnya adalah percampuran antara kebaikan dari kakak-kakak saya sebelumnya.
Dia bisa menjadi kakak sekaligus sahabat saya. Karena selisih usia yang sedikit di antara kami pun, membuat kami sering dianggap berpacaran bagi orang-orang yang tidak mengenal saya sebagai adiknya atau orang-orang yang tidak mengenal ia sebagai kakak saya.

Sewaktu saya kuliah dan tempat kerjanya searah dengan tempat saya kuliah, membuat ia rajin mengantar dan menjemput saya. Dan dikarenakan dia sudah tidak bekerja ditempat yang dulu, membuat ia tidak bisa mengantar ataupun menjemput saya pulang. Bahkan sekarang ia tinggal di mess tempat ia bekerja. Sampai waktu untuk bertemu pun lebih sedikit dibandingkan sebelum ia bekerja ditempat yang sebelumnya.
Dia adalah yang membiayai tempat tinggal saya selama kuliah, karena saya tidak tinggal dirumah dan jauh dari orangtua selama kuliah. Dan ia pun selalu menjadi tempat saya berbagi cerita atau pengalaman atau apapun yang membuat kami lega setelah menceritakannya.
Itulah gambaran sosok yang telah membuat saya tumbuh dan berkembang seperti sekarang selain kedua orangtua saya.
Allah begitu adil terhadap saya, meskipun saya menjadi anak bungsu perempuan satu-satunya yang tidak memiliki kakak perempuan, tapi kehadiran mereka semua membuat saya tumbuh menjadi sosok yang mereka ajarkan terhadap saya. Terimakasih ya Allah.


Selanjutnya saya akan menceritakan tentang sosok kedua sahabat saya yang juga ikut serta dalam pembentukan karakter saya sekarang.


Pertama-tama saya akan menceritakan tentang sahabat saya yang bernama Eli Halimatussadiah. Dialah wanita shalihah yang memiliki selisih usia 1 tahun lebih muda dari saya. Meskipun begitu diantara kami seperti tidak terlihat perbedaan usia. Dia memiliki tipe kepribadian koleris (Kepemimpinan). Hal tersebut membuat ia selalu menjadi leader di setiap langkah antara saya ataupun sahabat saya yang satunya lagi. Bukan keadaan atau saya dengan sahabat saya yang satunya yang menginginkan ia menjadi seperti itu, tetapi dirinya yang menjadikan ia sendiri selalu menjadi terdepan dibanding saya atau sahabat saya yang satunya lagi. Hal tersebut sama sekali tidak membuat kami marah ataupun benci karena sifatnya yang seperti itu. Justru hal tersebut membuat kami selalu bergerak dengan rencana-rencana yang kami buat dengan diawali olehnya. Tanpa adanya ia, mungkin akan lama atau bahkan kami tidak akan pernah memulai sesuatu yang kami rencanakan atau tidak kami rencanakan. Diantara Eli dan sahabat saya yang satu lagi, hanya ia yang saya rasa bisa sepaham, sepengertian atau sejalan dengan saya. Mulai dari pemikiran, pemahaman sesuatu ataupun yang lainnya kami selalu memliki pandangang saya sama. Jikalau pun ada perbedaan di antara kami, itu malah membuat kami menyatu dengan pendapat yang ada. Artinya kami tidak pernah menyalahkan pendapat satu sama lain, tetapi mengambil jalan tengah yang kami rasa itu adalah jalan diantara keduanya.
Selain itu, Eli pun yang membuat saya menjadi lebih peduli terhadap oranglain atau orang yang berada disekitar saya sendiri. Dengan hati yang sangat dermawan, ia selalu berbuat kebaikan tanpa berpikir dua kali untuk melakukan hal tersebut. Hal itu pun yang membuat saya tertegun olehnya. Diam-diam saya sedang berguru kepadanya tanpa ia ketahui. Bukan hanya dermawan, ia pun peduli terhadap hal-hal yang memiliki aturan atau hal yang membuat sesuatu itu harus dikerjakan ataupun menjadi larangan.
Contoh cerita ketika divisi di kampus saya sedang mengadakan kegiatan rutinitas di bulan Ramadhan, yaitu tadarusan setiap jam pulang kampus hingga menjelang waktu ashar. Di dalam divisi tersebut dibagi menjadi beberapa divisi lagi, dan yang mengadakan kegiatan tersebut adalah divisi Public Relation (PR), sedangkan Eli sendiri adalah anggota dari divisi Maintenance. Suatu ketika jam bel pulang telah berbunyi, dan waktunya kegiatan tersebut dimulai. Pada saat itu kebetulan sekali anggota penting di divisi yang mengadakan acara tadarusan tersebut sedang ada jadwal piket dan mentoring yang berbarengan dengan jadwal kegiatan yang merekan buat sendiri. Eli yang waktu itu memasuki ruangan tempat biasa tadarusan kaget karena orang-orang penting yang harusnya memulai acara tersebut malah tidak ada. Sedangkan, yang mengikuti kegiatan tersebut kebanyakan bukan anggota dari divisi yang ada di kampus itu. Hal tersebut membuat Eli bergegas untuk mencari orang yang bisa memulai acara tadarusan tersebut, karena Eli pun baru ingat bahwa pada hari itu adalah hari dimana orang-orang PR tersebut dijadwalkan piket diruang lain. Ketika itu bertemulah Eli dengan ketua utama di Divisi tersebut dan segera menyuruhnya untuk memulai kegiatan itu.
Betapa Eli sangat peduli akan keadaan disekitarnya, dan hal tersebut yang membuat saya kagum terhadapnya.


Selanjutnya saya akan menceritakan sahabat saya yang satunya lagi, yaitu Rif’atunnisa. Ia gadis kelahiran Bekasi yang kini sedang menetap di Bogor karena ia kuliah disini bersama saya dan Eli.
Ialah gadis sholehah yang juga banyak membimbing saya menjadi gadis shalihah seperti ia pula. Berbeda dengan Eli, Rifa memiliki kepribadian Melankolis (Perfeksionis). Dalam segala hal ia ingin sempurna, dan dalam segala hal pun hatinya mudah tersentuh bahkan hingga membuat ia mudah menangis karna sesuatu yang sebenarnya tidak usah dipermasalahkan. Usia kami hanya berbeda beberapa bulan, dan usia saya lebih muda dibandingkan dia. Meskipun begitu, diantara saya Eli dan Rifa, justu Rifa lah yang terlihat lebih muda. Hal tersebut dikarenakan postur badan dia yang imut dan lucu membuat ia terlihat lebih muda dibanding saya ataupun Eli.
Meskipun tipe kepribadiannya yang sensitif dengan hal-hal yang membuat ia mudah menangis, ia juga tipe orang yang humoris. Selain itu, dia pun memiliki ciri khas suara dan dialek berbicara sendiri, dan itu membuat ia tambah terlihat semakin lucu.


Sahabat dan keluarga, merekalah yang selalu ada di saat suka maupun duka. Keduanya adalah orang-orang yang sangat saya sayangi dan selalu saya rindukan ketika jarak dan waktu memisahkan. Terimakasih Ya Allah kau telah memberi yang terbaik untukku… I love you…

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.
 
Top